KOMPAS.com - Tepat 50 tahun yang lalu, pesawat yang mengangkut 182 jemaah haji Indonesia mengalami kecelakaan di Colombo, Sri Lanka pada 4 Desember 1974.
Kecelakaan tersebut menewaskan seluruh jemaah haji yang terbang menggunakan pesawat milik maskapai Martin Air dari Surabaya, Jawa Timur dengan tujuan Jeddah, Arab Saudi.
Insiden terjadi ketika pesawat Martin Air jatuh setelah meledak dan menabrak gunung di kawasan Adam’s Peak di sebelah timur Bandara Bandaranaike, Colombo.
Pesawat Martin Air yang mengalami kecelakaan berjenis DC-8 55F buatan perusahaan dirgantara McDonnell Douglas pada 1966.
Pesawat tersebut dicarter oleh maskapai Garuda Indonesia khusus untuk penerbangan haji.
Baca juga: Kronologi Mesin Pesawat Trigana Air Keluarkan Api di Bandara Sentani
Dilansir dari ÓÅÓιú¼Ê.com, Senin (4/12/2020), kecelakaan Martin Air yang menewaskan 182 jemaah haji Indonesia terjadi 15 menit sebelum pesawat mendarat di Bandara Bandaranaike.
Colombo yang menjadi lokasi kecelakaan pesawat Martin Air sebenarnya bukanlah tujuan akhir para jemaah haji Indonesia.
Pesawat tersebut mendarat di Colombo untuk untuk mengisi bahan bakar sebelum melanjutkan perjalanan ke Jeddah.
Namun, perhentian di Colombo berubah menjadi petaka ketika petugas menara salah mendengar ucapan pilot.
Baca juga: Malaysia Berencana Lanjutkan Pencarian Pesawat MH370, Akan Dilakukan di Area Baru
Berdasarkan kontak terakhir, pilot mengatakan, jarak pesawat dengan bandara adalah “fourty miles” atau 40 mil.
Namun, ucapan tersebut salah didengar oleh petugas menara yang menangkapnya sebagai “fourteen miles” atau 14 mil.
Kesalahan pendengaran membuat petugas menara memberi instruksi agar pilot bisa mendaratkan pesawatnya.
Instruksi tersebut diterima oleh pilot dengan menurunkan ketinggian pesawat. Namun, ia terkejut setelah menyadari perintah yang diberikan salah.
Ia segera menaikkan ketinggian pesawat, tapi upayanya untuk menyelamatkan para jemaah haji gagal.
Pesawat Martin Air akhirnya menabrak gunung hingga seluruh penumpang dan awak pesawat meninggal.