KOMPAS.com - Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Pratikno mengatakan bahwa penggunaan kecerdasan buatan (AI) pada anak dapat membuat nalar anak tidak berkembang dengan baik.
Dikutip dari , Jumat (16/05/2025) Pratikno mengatakan bahwa perkembangan kecerdasan buatan (AI) berdampak pada pola interaksi dan pembentukan nalar anak.
Pratikno menekankan bahwa teknologi harus diimbangi dengan penguatan kemampuan berpikir kritis.
“Bayangkan kalau anak-anak dari kecil sudah terekspos dengan bertanya sesuatu yang jawab AI. Maka nalar anak bisa tidak berkembang dengan baik,” kata Pratikno dalam keterangan resmi.
Namun, benarkah penggunaan AI dapat membuat nalar anak tak berkembang dengan baik?
Simak penjelasan berikut.
Baca juga: AI dan Kekayaan Intelektual: Rivalitas atau Kolaborasi?
Dosen Fakultas Psikologi Universitas Soegijapranata, Dr. Christin Wibowo, menyetujui pernyataan yang disampaikan oleh Menko PMK tersebut.
Christin juga menjelaskan dua kondisi yang dapat menyebabkan nalar seorang anak tidak berkembang ketika menggunakan AI.
Christin menjelaskan bahwa seorang anak yang pasif dalam menerima jawaban yang diberikan AI berpotensi membuat otaknya tidak berkembang.
Ia melanjutkan bahwa prinsip penggunaan AI adalah untuk membantu dan melengkapi informasi yang ada, serta bukan menjadi sumber informasi utama.
Hal itu disebabkan jawaban dari AI bersifat umum, tidak spesifik, serta tidak menyesuaikan kultur budaya dari penanya yang bisa saja memiliki kebijakan dan kearifan tersendiri.
"Seorang anak harus aktif mencari tahu kembali jawaban dari AI dan tidak hanya sekadar menyalin jawaban," tegas Christin.
Baca juga: Tekan Kecelakaan, Sri Lanka Akan Manfaatkan AI untuk Pantau Sopir Bus dan Truk yang Lelah
Penggunaan AI yang menggantikan interaksi sosial juga dapat menyebabkan perkembangan otak terhambat.
“AI dapat menghambat perkembangan otak jika secara utuh menggantikan interaksi sosial anak dengan orang di sekitarnya, seperti orang tua, guru, teman, dan sebagainya,” jelas Christin.
Penggunaan AI menjadi salah jika anak sudah puas dengan jawaban yang diberikan hingga tidak ingin mencari tahu lebih lanjut pendapat dari guru, orang tua, teman, dan lainnya.
Baca juga: Bagaimana Jurnalis Menghadapi Tantangan Perkembangan AI?