优游国际

Baca berita tanpa iklan.

Sejarah STOVIA, Sekolah Dokter Pribumi yang Melahirkan Boedi Oetomo

优游国际.com - 19/05/2025, 16:46 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com – Proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 bukanlah momen yang terjadi secara tiba-tiba. Ia merupakan puncak dari rangkaian panjang perjuangan dan kesadaran kolektif bangsa yang dimulai jauh sebelumnya.

Salah satu tonggak awal munculnya kesadaran kebangsaan itu adalah berdirinya organisasi Boedi Oetomo pada 20 Mei 1908, yang kini diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional.

Organisasi ini lahir dari rahim pendidikan, khususnya dari sebuah sekolah kedokteran bernama STOVIA (School tot Opleiding van Indische Artsen) yang didirikan pemerintah kolonial Belanda di Batavia.

Lantas, bagaimana hubungan antara STOVIA dengan kelahiran Boedi Oetomo dan semangat kebangkitan nasional?

Baca juga:

Latar Belakang Pendirian STOVIA

Akhir abad ke-19, wilayah Hindia Belanda, terutama Pulau Jawa, dilanda berbagai wabah penyakit. Pemerintah kolonial membutuhkan banyak tenaga medis, namun biaya mendatangkan dokter dari Eropa sangat mahal.

Untuk mengatasi hal ini, pemerintah Hindia Belanda memutuskan mendirikan sekolah kedokteran bagi pribumi.

Melalui Surat Keputusan Gubernemen No. 22 tanggal 2 Januari 1849, dibentuklah kursus juru kesehatan yang kemudian berkembang menjadi Sekolah Dokter Djawa pada 5 Juni 1853.

Lembaga ini mengalami beberapa kali perubahan nama hingga akhirnya pada tahun 1898 resmi disebut STOVIA.

STOVIA dibuka secara resmi pada Maret 1902 di kawasan Weltevreden, Batavia (kini sekitar Harmoni, Sawah Besar, hingga Senen).

Baca juga:

Gedung sekolah tersebut kini menjadi bagian dari Museum Kebangkitan Nasional.

Seiring waktu, STOVIA menjadi sekolah tinggi kedokteran pertama yang diperuntukkan bagi kaum pribumi dan kini menjadi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Meski tampaknya ditujukan sebagai bentuk politik etis atau balas budi, pendidikan di STOVIA sejatinya lebih ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pemerintah kolonial: mencetak dokter dari kalangan bumiputra yang bisa digaji murah.

Sekolah ini hanya terbuka untuk anak-anak dari kalangan menengah atau pegawai pemerintah, tidak menyentuh lapisan masyarakat bawah.

Dari Pendidikan ke Pergerakan, STOVIA Lahirkan Cendekiawan

Para bumiputera di STOVIALeiden University Libraries Digital Collections Para bumiputera di STOVIA
Kendati dibentuk untuk kepentingan kolonial, STOVIA justru menjadi wadah lahirnya intelektual-intelektual muda yang menyadari pentingnya persatuan dan kemerdekaan.

Dari sanalah muncul nama-nama besar dalam sejarah perjuangan nasional, seperti dr. Soetomo, dr. Wahidin Soedirohoesodo, dan dr. Cipto Mangunkusumo.

Pada tahun 1907, dr. Wahidin Soedirohoesodo berkunjung ke STOVIA untuk bertemu para mahasiswa.

Dalam pertemuan tersebut, ia menggagas perlunya pembentukan sebuah organisasi modern yang bertujuan mengangkat harkat dan martabat bangsa.

Baca juga:

Gagasan itu mendapat sambutan hangat dari Soetomo dan rekan-rekannya.

Setahun kemudian, tepatnya pada 20 Mei 1908, mereka mendeklarasikan berdirinya organisasi Boedi Oetomo di gedung STOVIA. Soetomo ditunjuk sebagai ketua pertama.

Nama Boedi Oetomo berasal dari bahasa Sanskerta, yakni budhi atau bodhi yang berarti akal, kesadaran, dan pemikiran luhur.

Organisasi ini bertujuan membuka pemikiran rakyat Hindia Belanda tanpa membedakan keturunan, agama, maupun jenis kelamin. Fokus utama Boedi Oetomo adalah pada bidang pendidikan, pengajaran, dan kebudayaan.

Kongres Pertama dan Peran Bangsawan

Boedi Oetomo menggelar kongres pertamanya di Yogyakarta pada 3–5 Oktober 1908. Dalam kongres tersebut, Raden Adipati Tirtokoesoemo diangkat sebagai presiden pertama organisasi.

Di bawah kepemimpinannya, Boedi Oetomo berkembang pesat. Banyak anggota baru dari kalangan bangsawan dan pejabat kolonial turut bergabung.

Boedi Oetomo membuka jalan bagi lahirnya organisasi-organisasi pergerakan lainnya, seperti Sarekat Islam dan Indische Partij, yang kelak memainkan peran besar dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Tak bisa disangkal, STOVIA bukan hanya mencetak dokter-dokter andal di bidang kesehatan, tetapi juga melahirkan para cendekiawan nasionalis.

Baca juga:

Lulusan STOVIA menjadi garda depan dalam membangkitkan kesadaran nasional dan memperjuangkan kemerdekaan dari cengkeraman kolonialisme.

Di antara tokoh lulusan STOVIA yang berperan besar dalam sejarah Indonesia adalah dr. Soetomo, dr. Cipto Mangunkusumo, Gunawan, Suraji, Wahidin Soedirohoesodo, dan R.T. Ario Tirtokusumo.

Kini, Hari lahir Boedi Oetomo pada 20 Mei diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional, untuk mengenang momentum bangkitnya kesadaran sebagai bangsa merdeka yang bermartabat.

SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Widya Lestari Ningsih, Achmad Nasrudin Yahya)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita 优游国际.com WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Sejarah STOVIA, Sekolah Dokter Pribumi yang Melahirkan Boedi Oetomo

Sejarah STOVIA, Sekolah Dokter Pribumi yang Melahirkan Boedi Oetomo

Jawa Timur
UGM Tak Akan Terlibat Isu Ijazah Jokowi, Ini Alasannya

UGM Tak Akan Terlibat Isu Ijazah Jokowi, Ini Alasannya

Jawa Tengah
Tokoh Pahlawan di Balik Hari Kebangkitan Nasional, dari Dr. Wahidin hingga HOS Tjokroaminoto

Tokoh Pahlawan di Balik Hari Kebangkitan Nasional, dari Dr. Wahidin hingga HOS Tjokroaminoto

Jawa Timur
Libur Panjang 29 Mei hingga 1 Juni 2025, Ini Rincian Tanggal Merah dan Cuti Bersama

Libur Panjang 29 Mei hingga 1 Juni 2025, Ini Rincian Tanggal Merah dan Cuti Bersama

Jawa Timur
6 Juni 2025 Libur Apa? Cek Kalender Bulan Ini dan Tanggal Merahnya

6 Juni 2025 Libur Apa? Cek Kalender Bulan Ini dan Tanggal Merahnya

Sulawesi Selatan
Daftar 32 Pemain Timnas Garuda dan Jadwal Laga Indonesia Vs China di Kualifikasi Piala Dunia 2026

Daftar 32 Pemain Timnas Garuda dan Jadwal Laga Indonesia Vs China di Kualifikasi Piala Dunia 2026

Sumatera Utara
Dua Kurikulum Disiapkan untuk Sekolah Rakyat, Gus Ipul: Tak Hanya Akademis, tapi Juga Karakter

Dua Kurikulum Disiapkan untuk Sekolah Rakyat, Gus Ipul: Tak Hanya Akademis, tapi Juga Karakter

Jawa Timur
Harga Emas Antam Hari Ini Naik Rp 23.000, Tembus Rp 1,89 Juta Per Gram

Harga Emas Antam Hari Ini Naik Rp 23.000, Tembus Rp 1,89 Juta Per Gram

Jawa Timur
Video Joget Erotis Viral, Satpol PP Bali Panggil Penarinya untuk Klarifikasi

Video Joget Erotis Viral, Satpol PP Bali Panggil Penarinya untuk Klarifikasi

Jawa Timur
Demo Ojol Aksi 205: Ribuan Driver Tuntut Keadilan di Depan Istana

Demo Ojol Aksi 205: Ribuan Driver Tuntut Keadilan di Depan Istana

Jawa Timur
Cara Sertifikasi Tanah Wakaf untuk Pemakaman, Ini Prosedur Resminya

Cara Sertifikasi Tanah Wakaf untuk Pemakaman, Ini Prosedur Resminya

Jawa Timur
Aplikasi Taksi Online InDrive dan Maxim Dilarang Beroperasi di Malaysia Mulai 24 Juli

Aplikasi Taksi Online InDrive dan Maxim Dilarang Beroperasi di Malaysia Mulai 24 Juli

Sulawesi Selatan
Kualitas Udara Baik di Kalimantan Timur Hari Ini 19 Mei 2025

Kualitas Udara Baik di Kalimantan Timur Hari Ini 19 Mei 2025

Kalimantan Timur
Data Kualitas Udara Hari Ini 19 Mei 2025 di Jawa Tengah, Sehat atau Tidak?

Data Kualitas Udara Hari Ini 19 Mei 2025 di Jawa Tengah, Sehat atau Tidak?

Jawa Tengah
Kardinal Suharyo Ungkap Pengalaman Konklaf Pemilihan Paus Leo XIV, Tanpa Suap, Penuh Doa, dan Humor Kardinal

Kardinal Suharyo Ungkap Pengalaman Konklaf Pemilihan Paus Leo XIV, Tanpa Suap, Penuh Doa, dan Humor Kardinal

Jawa Timur
Baca berita tanpa iklan.
Komentar
Close Ads
Penghargaan dan sertifikat:
Dapatkan informasi dan insight pilihan redaksi 优游国际.com
Network

Copyright 2008 - 2025 优游国际. All Rights Reserved.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses 优游国际.com
atau