KOMPAS.com - Inflasi kerap menjadi topik hangat ketika harga kebutuhan pokok melonjak atau daya beli masyarakat menurun.
Namun, tidak semua orang memahami secara utuh apa itu inflasi, bagaimana proses terjadinya, dan apa dampaknya bagi kehidupan ekonomi suatu negara?
Baca juga: Pengertian Inflasi: Indikator, dan Pengelompokan
Inflasi adalah kondisi meningkatnya harga barang dan jasa secara umum dan terus-menerus dalam suatu periode waktu.
Ketika inflasi terjadi, nilai mata uang menurun, artinya dengan jumlah uang yang sama, masyarakat hanya bisa membeli lebih sedikit barang daripada sebelumnya.
Dalam bukunya, Makroekonomi (2022), Sadono Sukirno menjelaskan bahwa inflasi adalah proses kenaikan harga yang terus-menerus dan berlangsung dalam jangka waktu tertentu.
Inflasi bukan sekadar kenaikan harga satu atau dua barang, melainkan menyangkut hampir semua komoditas di pasar.
Inflasi sebenarnya adalah gejala ekonomi yang wajar dalam siklus perekonomian.
Namun, inflasi yang terlalu tinggi, cepat, dan tidak terkendali dapat menimbulkan banyak persoalan, baik bagi individu maupun negara secara keseluruhan.
Baca juga: Jenis-jenis Inflasi yang Bisa Terjadi
Merangkum dari buku Dasar-dasar Teori Inflasi: Dari Pemiiran Klasik hingga Keynesian (2025) oleh Ary Fakturrachman Aryansyah dkk, berikut dampak negatif inflasi:
Ketika terjadi inflasi maka ketertarikan masyarakat untuk membeli barang menurun karena harga barang dan jasa meningkat. Uang dimiliki individu dan rumah tangga menjadi kurang bernilai karena tidak dapat lagi dibeli seperti dulu.
Inflasi dapat menyebabkan peningkatan biaya hidup terutama kebutuhan pokok seperti pangan, perumahan, dan transportasi.
Masyarakat dengan pendapatan rendah merupakan kelompok yang paling terkena dampaknya karena pendapatannya tidak meningkat seiring adanya inflasi.
Tingkat inflasi yang fluktuatif menyebabkan ketidakpastian perekonomian. Investor dan pelaku ekonomi semakin berhati-hati dalam mengambil keputusan investasi dalam jangka panjang, yang bisa menghambat perkembangan ekonomi.
Untuk dapat mengendalikan inflasi, bank sentral sering menikkan bunga. Bunga yang tinggi dapat menyebabkan turunnya pinjaman dan investasi yang akhirnya memperlambat pertumbuhan ekonomi.
Baca juga: Penyebab Inflasi: Permintaan Barang atau Jasa Tinggi
Jika inflasi terjadi secara ekstrem (seperti hiperinflasi), kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah bisa menurun.
Kenaikan harga bahan pokok yang tidak dikendalikan bisa memicu keresahan sosial, unjuk rasa, bahkan kerusuhan.
Beberapa faktor penyebab inflasi terjadi dalam sebuah negara, sebagai berikut:
Jenis inflasi ini terjadi ketika permintaan terhadap barang dan jasa meningkat tajam, melebihi kapasitas produksi atau penawaran yang tersedia.
Biasanya terjadi di negara yang sedang mengalami pertumbuhan ekonomi tinggi, di mana daya beli masyarakat juga meningkat.
Contohnya, ketika masyarakat secara masif membeli barang konsumsi menjelang hari besar seperti Lebaran atau Natal, sementara pasokan tetap, maka harga akan terdorong naik.
Fenomena ini bisa berlangsung sementara, tapi bila dibiarkan, berpotensi menimbulkan inflasi struktural.
Inflasi ini disebabkan oleh kenaikan biaya produksi, seperti harga bahan baku, tarif listrik, upah tenaga kerja, atau pajak produksi.
Kenaikan biaya ini mendorong produsen menaikkan harga jual untuk menjaga margin keuntungan.
Salah satu penyebab umum adalah depresiasi nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, yang membuat harga impor menjadi lebih mahal.
Selain itu, ketidakseimbangan antara jumlah tenaga kerja dan permintaan produksi juga bisa memicu naiknya biaya produksi.
Baca juga: Upaya Pengendalian Inflasi dan Kebijakan di Indonesia
Ketika jumlah uang yang beredar di masyarakat terlalu banyak dibandingkan dengan jumlah barang dan jasa yang tersedia, harga-harga pun cenderung naik. Ini disebut sebagai inflasi moneter.
Situasi ini bisa terjadi jika pemerintah menggunakan anggaran defisit dan membiayainya dengan mencetak uang baru.
Jika tidak diimbangi dengan peningkatan produksi barang dan jasa, hasilnya adalah tekanan inflasi yang cukup tinggi.
Inflasi juga bisa muncul karena adanya ketidakseimbangan antara sisi permintaan dan penawaran secara bersamaan.
Misalnya, menjelang hari raya, permintaan meningkat karena konsumsi melonjak, sementara penawaran berkurang karena banyak pedagang libur.
Kondisi ini menciptakan kelangkaan barang dan menyebabkan harga naik tajam dalam waktu singkat.
Situasi politik dan ekonomi yang tidak stabil, seperti konflik, bencana, atau krisis pemerintahan, dapat memicu inflasi.
Ketidakpastian membuat distribusi barang terhambat, nilai tukar terganggu, dan pasar kehilangan kepercayaan.
Contoh paling nyata adalah krisis moneter 1998 di Indonesia, ketika inflasi melonjak hingga lebih dari 70 persen akibat gejolak politik dan pelemahan nilai rupiah.
Baca juga: Tim Pengendalian Inflasi: Tugas, Fungsi, dan Progam Kerja
Inflasi ekspektasi terjadi karena perilaku masyarakat yang meyakini bahwa harga barang akan naik di masa mendatang.
Ekspektasi ini mendorong mereka membeli lebih awal, sehingga meningkatkan permintaan secara tiba-tiba.
Fenomena ini bisa terjadi menjelang pengumuman kebijakan ekonomi besar, seperti kenaikan harga BBM atau pajak, yang mendorong masyarakat melakukan pembelian massal lebih awal.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita 优游国际.com WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.