KOMPAS.com - Kawasan Ancol terletak di sebelah timur Kota Tua Jakarta.
Saat ini kawasan tersebut dijadikan sebuah kelurahan dengan nama yang sama, wilayah Kecamatan Pademangan, Kotamadya Jakarta Utara.
Nama Ancol memiliki arti tanah rendah berpaya-paya.
Dulu, ketika laut sedang pasang, air payau Kali Ancol berbalik ke darat menggenangi tanah di sekitarnya sehingga airnya terasa asin.
Oleh sebab itu, wajar jika orang-orang Belanda pada zaman itu menyebut kawasan tersebut sebagai Zoutelande atau tanah asin.
Baca juga: Sejarah Ancol, Bermula dari Kunjungan Soekarno ke Disneyland
Pada masa agama Islam mulai tersebar di daerah pesisir Kerajaan Sunda, Ancol disebut-sebut sebagai salah satu lokasi medan perang, di samping Kalapa, Tanjung Wahanten (Banten) pada masa pemerintahan Prabu Surawisesa (1521-1535).
Setelah Jayakarta dikuasai kongsi dagang Belanda, VOC, tahun 1619, Jayakarta berubah nama menjadi Batavia.
Di tangan VOC, Ancol dijadikan esbagai kubu pertahanan pasca-serangan pertama Kerajaan Mataram ke Batavia tahun 1628.
Oleh sebab itu, VOC pun mulai memperkuat pertahanan dengan membangun sejumlah benteng.
Karena benteng yang tersisa hanya berada di Kasteel Batavia dan Pulau Onrust, pembangunan benteng lantas dikebut oleh Belanda.
Ancol dijadikan Taman Rekreasi bagi Belanda
Beberapa benteng yang dibentuk Belanda adalah Benteng Jacatra, Fort Rijswijk, Fort Noordwijk, Fort Vijfhoek, Fort Angke, dan Fort Antjol.
Pembangunan benteng baru inilah yang kemudian membuat Belanda merasa percaya diri dalam melawan Mataram yang berujung kemenangan.
Selain itu, dibangun juga sebuah kanal di daerah Ancol tahun 1656.
Sebelum kanal dibangun untuk menghubungkan Kota Batavia, pemerintah VOC lebih dulu membuat terusan Ancol yang sampai sekarang masih dilayari perahu.