KOMPAS.com - Dari seluruh planet di tata surya, Mars menjadi obyek yang paling intensif dipelajari oleh para ilmuwan dari Bumi.
Jaraknya yang "hanya" sekitar 33,9 juta mil dari Bumi dan sudah ada sejumlah temuan penting sebelumnya, menjadikan planet merah ini sebagai kandidat utama pencarian kehidupan di luar Bumi.
Selama bertahun-tahun, Mars menunjukkan sejumlah indikasi menarik, mulai dari jejak kehidupan purba, bukti adanya aktivitas atmosfer di masa lalu, hingga penemuan geologis seperti unsur sulfur, mineral karbonat, dan pengendapan unik di permukaannya.
Kini, satu lagi pencapaian luar biasa tercatat dalam eksplorasi Mars.
Berkat penyelarasan cuaca luar angkasa yang langka, perseverance rover atau robot penjelajah NASA berhasil mengabadikan cahaya hijau (aurora) yang memukau di atas kawah Jezero di Mars.
Fenomena ini terjadi pada 22 Maret 2024, hanya beberapa hari setelah Mars dihantam badai matahari.
Lantas, seperti apa sebenarnya bentuk aurora di Mars?
Baca juga: Teleskop NASA Menangkap Gambar Aurora di Planet Jupiter, Seperti Apa Penampakannya?
Menurut laporan NASA pada Rabu (14/5/2025), aurora di Mars dipicu oleh badai matahari besar yang terjadi pada 15 Maret 2024, menjelang puncak siklus aktivitas matahari.
Saat itu, Matahari memancarkan semburan besar dan lontaran massa koronal (CME), yakni ledakan gas dan energi magnetik magnetik yang membawa banyak partikel bermuatan tinggi.
Ledakan ini menyebar ke seluruh tata surya dan menimbulkan aurora di berbagai planet, termasuk Mars.
Perseverance yang tengah berada di Kawah Jezero, berhasil menangkap cahaya aurora tersebut langsung dari permukaan Mars untuk pertama kalinya dalam sejarah.
"Penemuan menarik ini membuka kemungkinan baru untuk penelitian aurora dan mengonfirmasi bahwa aurora dapat terlihat oleh astronot masa depan di permukaan Mars," ujar Elise Knutsen, peneliti dari Universitas Oslo di Norwegia dan penulis utama studi di Science Advances.
Baca juga: Dari Mana Asal Emas yang Ada di Bumi? NASA Ungkap Asal-usulnya
Di Bumi, aurora terbentuk ketika partikel Matahari berinteraksi dengan medan magnet planet, yang mengarahkannya ke kutub dan membuatnya dipicu dengan gas-gas di atmosfer sehingga menghasilkan pancaran cahaya.
Warna hijau yang sering terlihat disebabkan oleh atom oksigen yang tereksitasi dan memancarkan cahaya pada panjang gelombang 557,7 nanometer.
Selama bertahun-tahun, para ilmuwan telah menduga bahwa aurora serupa juga dapat terjadi di Mars, meskipun diperkirakan akan jauh lebih redup dan sulit diamati dibandingkan dengan aurora di Bumi.