优游国际

Baca berita tanpa iklan.
Salin Artikel

Cerita Ava dan Sean, Siswa Indonesia Pertama di Kompetisi Debat Oxford University

KOMPAS.com – Di tengah persaingan global yang semakin ketat, nama Indonesia kembali berkibar di kancah internasional melalui prestasi gemilang dua remaja berbakat.

Bukan hanya sekadar berpartisipasi, keduanya berhasil mencatatkan sejarah sebagai siswa asal Indonesia pertama yang diundang ke babak final Oxford Schools' Debating Competition 2025 yang merupakan salah satu turnamen debat paling bergengsi sekaligus mengukuhkan kehadiran Indonesia di panggung kompetisi intelektual global.

Oxford Schools' merupakan kompetisi debat tingkat sekolah terbesar di dunia yang menggunakan format British Parliamentary, dan juga menjadi ajang debat paling besar di Inggris bagi siswa usia 14–18 tahun.

Setiap tahunnya, lebih dari seribu siswa diundang untuk berpartisipasi, dengan lebih dari 350 sekolah turut serta pada kompetisis tahun lalu.

Bawa nama Indonesia ke panggung internasional

Sejak 2022, Ava Mikayla Emmanoelle Kasih (14) dan Sean Levi Danuseputra (15) telah membangun fondasi prestasi mereka mulai dari Regional Round di Singapura hingga Global Round di Bangkok, yang kemudian mengantarkan mereka ke Tournament of Champions di Yale University, Amerika Serikat.

Pencapaian tersebut diraih melalui proses seleksi dan kompetisi ketat bersama ribuan peserta dari berbagai negara.

Namun, prestasi paling membanggakan datang ketika keduanya berhasil menembus Final Main Stage untuk divisi English as a Second Language (ESL) pada Oxford Schools' Debating Competition 2025. Prestasi ini menempatkan mereka sejajar dengan tim-tim dari Korea dan Jerman, negara-negara dengan tradisi debat yang lebih mapan.

Selain Oxford School’s Debating Competition, Ava dan Sean juga aktif mengikuti berbagai kompetisi akademik lainnya, baik di tingkat nasional maupun internasional.

Berikut adalah daftar kompetisi yang dimenangkan Ava dan Sean:

Ava Mikayla Emmanoelle Kasih

2022 (Usia 12)

2023 (Usia 13)

  • Juara Tim & Best Speaker: World Schools Debating League Junior Mini Tournament
  • Juara Tim NHSDLC Junior, 2nd Top Speaker, lolos ke National WSD Junior Shanghai
  • Juara Tim NHSDLC 2023 National Invitational Tournament MS Division
  • Juara Tim & Best Speaker NHSDLC Asian BP Open
  • Juara Tim Indo Pacific WSDC 2023
  • Juara Tim Asia Pacific WSDC
  • Medali Perunggu American Mathematics Olympiad G7 (Jakarta)
  • Semifinalis & 2nd Top Best Speaker NHSDLC National Invitational Tournament (Shanghai)

2024 (Usia 14)

  • Juara Tim Cambridge Asia British Parliamentary Junior Championships
  • Juara Tim U-16 Debat Nusantara BP
  • Juara Tim, Best Speaker Oxford Schools Hongkong Regional, lolos final Oxford University 2025
  • Runner Up Tim & Best Combined Memorial High School Moot Court Competition (UPH)
  • 2025 (Sampai Agustus, Usia 14)
  • Juara Tim World Economics BP 2025
  • Finalis Tim & Best Speaker Novice Division Oxford Schools’ Debating Competition (Oxford University)

Sean Levi Danuseputra

2022 (Usia 12-13)

  • WSC Singapore Regional: 13 medali, 3 trofi tim
  • WSC Bangkok Global Round: 11 medali, 4 trofi tim, 2 trofi individu
  • Tournament of Champions (Yale, USA): 8 medali

2023 (Usia 13-14)

2024 (Usia 14-15)

  • Juara Tim Cambridge Asia British Parliamentary Junior Championships
  • Juara Tim U-16 Debat Nusantara BP
  • Juara Tim Oxford Schools Hongkong Regional
  • Grand Finalis Intertext Schools Asian Parliamentary & NHSDLC Spring Online Tournament

2025 (Sampai Agustus, Usia 15)

  • Juara Tim World Economics BP 2025
  • Finalis Tim, 3rd Best Speaker Novice, 6th Top Speaker ESL Division Oxford Schools’ Debating Competition

Dalam setiap ajang yang mereka ikuti, Ava dan Sean secara konsisten meraih penghargaan dan prestasi yang mengukuhkan posisi mereka sebagai pelajar Indonesia berprestasi.

Dukungan penuh dari keluarga

Kesuksesan Ava dan Sean tak lepas dari dukungan penuh orangtua mereka. Anastasia Mussu ibu dari Ava, mengungkapkan betapa besar pengorbanan yang dilakukan anak-anak ini untuk bisa sampai di titik ini.

“Untuk mencapai semua yang mereka miliki saat ini, mereka harus latihan rutin tiga kali seminggu, bahkan setiap hari menjelang lomba. Latihan-latihan itu dilakukan setelah jam sekolah, kadang malam hari, dan kompetisi pun sering diadakan saat akhir pekan. Jadi ketika teman-teman mereka menikmati waktu libur, mereka justru bertanding,” ujarnya kepada 优游国际.com, Minggu (18/05/25).

Namun, dari semua itu, Anastasia melihat manfaat yang lebih besar. Ia melihat anaknya semakin cakap berbahasa inggris dan wawasan anaknya juga semakin luas.

“Kemampuan bahasa Inggris mereka meningkat, wawasan mereka luas karena mosi debat mencakup isu politik, ekonomi, teknologi, lingkungan, dan lainnya. Mereka juga belajar mengatur waktu dengan baik dan mengisi masa muda dengan kegiatan positif yang membanggakan,” tambahnya.

Sea Firca Kho ibu dari Sean juga mengisahkan ketika Ava dan Sean kalah di beberapa kompetisi. Mereka tidak langsung bisa mencapai prestasi yang besar, tetap ada kegagalan dan proses untuk kembali berjuang.

“Saya ingat saat mereka kalah dalam lomba dan menangis karena kecewa. Tapi dari situ mereka belajar memilih antara dua pilihan, menyerah atau bangkit dan belajar. Saya bangga karena mereka memilih untuk terus mencoba,” katanya.

Firca juga ingat hari ketika anaknya meraih kemenangan pertama mereka. Lompatan kegembiraan.

Tawa bahagia dan kebanggaan. Sekali lagi, mereka diberikan 2 pilihan, membiarkan kemenangan masuk ke dalam pikiran mereka dan menjadi sombong, atau merayakan kemenangan hari itu, lalu terus maju, dan tidak pernah berhenti belajar.

“Melalui semua itu, mereka perlahan-lahan keluar dari kepompong kecilnya dan tumbuh. Prosesnya, yang sebagian besar tidak nyaman, membantu membentuk mereka menjadi pribadi yang lebih tangguh dan berdedikasi. Mereka memahami prinsip 'Anda menang atau Anda belajar.' Saya yakin hal ini akan membawa manfaat besar, tidak hanya dalam kompetisi dan akademis, tetapi juga sebagai anggota masyarakat,” tutur Firca.

Kompetisi debat yang mereka jalani berdua memberi mereka bekal keterampilan yang relevan dalam kehidupan akademik maupun sosial.

Mereka belajar menggunakan bahasa Inggris secara aktif, menerapkan pemikiran kritis dan analisis isu global, mengasah kemampuan berbicara di depan umum dan presentasi, manajemen waktu, kerja tim, riset, serta penulisan akademik.

Dalam ekosistem debat yang penuh tekanan dan adu gagasan, Ava dan Sean justru menjalaninya dengan hati yang tertambat pada kerendahan hati.

Bagi mereka, kemenangan sejati tak hanya terpahat pada piala penghargaan tetapi juga dalam proses pertumbuhan pribadi yang mendalam.

Kompetisi bukan semata tentang menjadi yang terbaik, tetapi tentang menjadi pribadi yang terus belajar, terbuka, dan setia terhadap nilai-nilai yang baik.

Kompetisi debat yang telah dilalui Ava membuatnya sadar bahwa kerendahan hati harus dipertahankan ketika menghadapi berbagai tantangan. Ia juga merasa lebih siap beradaptasi dan terbuka terhadap berbagai sudut pandang, meski itu berarti tidak semua berjalan sesuai yang diharapkannya.

“Debat telah membentuk saya menjadi pribadi yang lebih optimis, mampu beradaptasi, dan terbuka terhadap berbagai sudut pandang, bahkan ketika situasi tidak berjalan sesuai harapan. Saya belajar bahwa kerendahan hati bukan berarti meragukan diri, tetapi justru menjadi kunci untuk terus berkembang dan menerima masukan,” kata Ava.

Selain karakter rendah hati, Ava juga menekankan perlunya menjaga integritas dan tetap setiap pada prinsipnya meskipun berada di lingkungan yang menekan.

Tekanan dalam lomba memang sangat biasa terjadi, tapi menurut Ava, daripada mengalihkan perhatiannya pada hal yang tidak perlu, lebih baik fokus pada persiapan dan kerja sama dalam tim yang telah dibentuk.

“Dengan mengalihkan fokus dari membandingkan diri dengan orang lain ke persiapan dan kerja sama dalam tim, saya mampu tampil lebih baik dan menemukan kepercayaan diri yang lebih autentik,” lanjutnya.

Sementara itu, Sean memandang debat sebagai wadah penting yang telah membantu membentuknya tidak hanya sebagai pelajar, tetapi juga sebagai pribadi yang teguh, reflektif, dan berprinsip.

Ia mengakui bahwa tekanan dalam kompetisi debat sangat besar, tetapi justru di situlah ia belajar untuk mengandalkan kerja keras dan keyakinan pada Tuhan yang menuntun langkahnya.

“Di tengah tekanan kompetisi yang intens, saya belajar untuk tetap tenang dengan mengandalkan kerja keras dan iman saya kepada Tuhan. Komitmen jangka panjang menjadi kunci, karena debat menuntut latihan dan konsistensi yang tidak bisa dicapai secara instan,” jelas Sean.

Memperjuangkan kebenaran dengan tulus

Dari kompetisi debat, Sean mengembangkan kemampuan komunikasi yang tidak hanya efektif, tapi juga empatik. Ia belajar untuk mendengarkan, memahami pandangan yang berbeda, dan menyampaikan ide dengan cara yang membangun.

Pengalaman ini juga membawanya pada pemahaman yang lebih luas terhadap isu-isu global.
Bagi Sean, menjadi ruang latihan bukan hanya untuk logika, tetapi juga kerendahan hati, kesabaran, dan kesetiaan pada prinsip Kristiani, terutama ketika ia harus berhadapan dengan pandangan yang bertentangan.

Melalui proses yang panjang, ia menyadari bahwa kekuatan sejati bukan berasal dari kemampuan meyakinkan orang lain, melainkan dari ketulusan hati dalam memperjuangkan kebenaran.

“Di atas segalanya, nilai-nilai Kristiani yang diajarkan Sekolah Pelita Harapan menuntun saya untuk bersikap penuh kasih dan berintegritas, bahkan saat berhadapan dengan perbedaan, menjadikan debat bukan hanya ajang adu argumen, tetapi juga ruang untuk memperjuangkan kebenaran dengan hati yang tulus,” pungkas Sean.

/edu/read/2025/05/19/190941671/cerita-ava-dan-sean-siswa-indonesia-pertama-di-kompetisi-debat-oxford

Baca berita tanpa iklan.
Baca berita tanpa iklan.
Baca berita tanpa iklan.
Close Ads
Penghargaan dan sertifikat:
Dapatkan informasi dan insight pilihan redaksi 优游国际.com
Network

Copyright 2008 - 2025 优游国际. All Rights Reserved.

Bagikan artikel ini melalui
Oke