优游国际

Baca berita tanpa iklan.

Pakistan Klaim Jatuhkan Rafale India, Perlukah Indonesia Waswas?

优游国际.com - 19/05/2025, 13:54 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

Sumber

Penulis: Faisal Irfani/BBC Indonesia

JAKARTA, KOMPAS.com - Pakistan mengeklaim menembak jatuh lima pesawat Rafale milik India ketika eskalasi konflik antara kedua negara itu meletus, Rabu (8/5/2025) lalu, klaim Menteri Pertahanan Pakistan Khawaja Muhammad Asif.

Klaim tersebut turut disebarkan media pemerintah China, The Global Times, yang direspons oleh Kedutaan Besar India sebagai disinformasi. Pemerintah India secara resmi tidak membantah maupun membenarkan klaim Pakistan tersebut.

Sementara pejabat di Gedung Putih Amerika Serikat (AS) mengatakan pesawat tempur yang digunakan Pakistan dalam menyerang India berjenis J-10 buatan China. Setidaknya dua pesawat India, kata pejabat ini, dijatuhkan Pakistan.

Baca juga: Saham Perusahaan Jet Tempur China J-10C Meroket Usai “Kalahkan” Rafale Buatan Perancis

Perkembangan ini mempunyai keterkaitan dengan Indonesia. Sebab, sama seperti India, Indonesia juga memiliki Rafale yang diproduksi Perancis.

Bahkan, jumlah pesawat Rafale yang akan dimiliki Indonesia mencapai 42 unit.

BBC News Indonesia telah menghubungi Kementerian Pertahanan guna meminta tanggapan atas keputusan pemerintah Indonesia membeli pesawat Rafale. Hingga artikel ini diterbitkan, mereka belum memberikan balasan.

Baca juga: Kenapa Jet Tempur China J-10C Bisa Jatuhkan Rafale Saat India-Pakistan Memanas?

Indonesia mendatangkan puluhan unit pesawat Rafale

Bagian tajuk rilis pers yang dikeluarkan Kementerian Pertahanan tertanggal 9 Januari 2024 menyebutkan "TNI AU Akan Semakin Menggetarkan."

Kalimat itu menanggapi efektifnya kontrak pengadaan pesawat tempur Rafale tahap ketiga berjumlah 18 unit.

Pada tahap sebelumnya, pesawat yang didatangkan mencapai enam dan 18 unit, masing-masing pada September 2022 serta Agustus 2023.

Totalnya, Indonesia mendatangkan 42 Rafale.

Berdasarkan keterangan TNI AU, pesawat Rafale bakal tiba di Indonesia awal 2026 mendatang.

Baca juga: Jet Tempur Pakistan Buatan China Jatuhkan Jet Rafale India

Rilis itu turut menyebut komitmen Prabowo Subianto, yang kala itu masih menjadi Menteri Pertahanan, "kembali terbukti" dalam konteks "memberikan alutsista terbaik bagi TNI" dan "memperkuat pertahanan Indonesia."

Pemesanan Rafale dapat ditarik ke belakang, tepatnya pada Februari 2022 ketika Prabowo bertemu Menteri Pertahanan Perancis Florence Parly, di Jakarta.

Pertemuan lalu dilanjutkan penandatanganan kontrak pertama dengan Dassault Aviation, perusahaan pembuat Rafale.

Tidak tanggung-tanggung, nilai kontrak Rafale mencapai 8,1 miliar dollar AS, setara Rp 116 triliun memakai kurs waktu itu.

Kementerian Pertahanan menyatakan pemilihan Rafale didasarkan pada kemampuan teknis pesawat tempur ini yang bervariasi; dari pertahanan udara, dukungan jarak dekat, serangan in-depth dan antikapal, hingga pengintaian.

Baca juga:

Kemudian, tambah Kementerian Pertahanan, keunggulan lain dari Rafale yakni kepiawaiannya dalam menyesuaikan diri dengan berbagai jenis senjata seperti rudal jarak jauh hingga meriam yang dapat menjatuhkan 2.500 peluru per menit.

Pemesanan puluhan pesawat tempur Rafale seperti datang di momentum yang tepat untuk kedua negara.

Bagi Indonesia, pembelian Rafale menambah daftar penambahan alat utama sistem senjata (alutsista) baru di tubuh TNI.

Saat ditunjuk Joko Widodo menjadi Menteri Pertahanan pada 2019 silam, Prabowo cukup aktif belanja alutsista. Sebelum membeli Rafale, Prabowo, dua tahun lalu, lebih dulu menandatangani nota kesepahaman komitmen untuk pembelian 24 unit pesawat tempur F-15EX dari AS.

F-15EX diklaim memiliki beberapa nilai plus, di antaranya kemampuan muatan sehingga dapat membawa lebih banyak senjata, sistem radar yang canggih, kecepatan, sampai daya tahan maupun daya operasional yang panjang.

Baca juga: 2 Jet Tempur Rafale Perancis Tabrakan Saat Terbang, 2 Pilot Tewas

Kementerian Pertahanan menyatakan proses pembelian F-15EX masih berjalan dan sedang menunggu persetujuan dari Kementerian Keuangan maupun pemerintah pusat.

Kemudian, pada Juni 2023, Prabowo mengungkapkan ke publik soal pembelian 12 buah pesawat tempur bekas Angkatan Udara Qatar, Mirage 2000-5. Pembelian ini dimaksudkan sebagai transisi menuju penggunaan pesawat tempur Rafale. Meski bekas, Prabowo menampik bakal berdampak terhadap kualitas yang ditawarkan.

"Bisa kita pakai mungkin, minimal, 15 tahun, 20 tahun lagi, dan teknologinya sudah sangat canggih," katanya.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan.
Baca berita tanpa iklan.
Komentar
Baca berita tanpa iklan.
Close Ads
Penghargaan dan sertifikat:
Dapatkan informasi dan insight pilihan redaksi 优游国际.com
Network

Copyright 2008 - 2025 优游国际. All Rights Reserved.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses 优游国际.com
atau