KOMPAS.com - Kabar gembira untuk para pencinta buku dan arsitektur unik. Microlibrary Bima di Kota Bandung, perpustakaan ikonis yang dibangun dari 2.000 ember es krim bekas, kini resmi beroperasi kembali setelah direnovasi.
Kebangkitan ruang literasi kreatif ini didukung penuh oleh PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) melalui program CSR BNI Berbagi, berkolaborasi dengan Yayasan Perpustakaan Mikro Indonesia.
Microlibrary Bima bukan pemain baru. Sejak pertama kali dibangun pada tahun 2015 dengan pendanaan dari Dompet Dhuafa dan Pemerintah Kota Bandung, perpustakaan ini telah menorehkan prestasi membanggakan di kancah internasional.
Deretan penghargaan bergengsi seperti Architizer A+ Award (2017), INDE.Awards (2018), dan masuk shortlist Aga Khan Award (2019) menjadi bukti keunikan dan inovasi desainnya.
Baca juga:
Sempat mengalami kerusakan dan penurunan aktivitas, kini microlibrary Bima kembali bersinar.
Warga dan anak-anak RW 02 Kecamatan Cicendo kini dapat kembali memanfaatkan ruang komunitas ini sebagai pusat kegiatan yang beragam.
Mulai dari membaca buku, mendengarkan dongeng, belajar matematika, mengikuti kursus bahasa (Arab, Inggris, Jepang), hingga berkreasi dalam aktivitas ecoprint dan latihan taekwondo, semuanya tersedia di sini.
Acara relaunching pada 17 Mei lalu pun dirancang meriah oleh komunitas Ruang Ketiga bersama warga setempat.
Arsitektur unik Microlibrary Bima adalah buah karya biro arsitek Bandung ternama, SHAU.
Daya tarik utamanya terletak pada penggunaan 2.000 ember es krim bekas yang disusun secara kreatif berdasarkan kode biner, membentuk pesan inspiratif: "Buku adalah Jendela Dunia."
Baca juga:
Desain ini tak hanya unik secara visual, tetapi juga mengedepankan penghawaan dan pencahayaan alami, menciptakan ruang yang nyaman dan ramah lingkungan.
Konsep rumah panggung yang diterapkan juga menghasilkan ruang semiterbuka multifungsi, ideal untuk berbagai aktivitas komunitas. Sementara itu, signage dan logo perpustakaan dirancang apik oleh NUSAE Bandung.
Florian & Daliana dari SHAU, inisiator dan arsitek microlibrary sekaligus Cofounder Yayasan Perpustakaan Mikro, menjelaskan bahwa desain menggunakan ember es krim bekas bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap isu sampah.
"Selain itu, juga sekaligus menarik minat anak-anak dan warga Cicendountuk datang dan memanfaatkan perpustakaan multifungsi ini," jelas Florian.
Cofounder Yayasan Perpustakaan Mikro sekaligus Dirjen Amerika & Eropa Kementerian Luar Negeri Umar Hadi menambahkan, perpustakaan mikro ini akan memicu kebiasaan membaca generasi muda Indonesia.