KOMPAS.com - Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) yang diperingati setiap 20 Mei merupakan momen penting dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia.
Peringatan ini menjadi pengingat atas dimulainya era Kebangkitan Nasional yang menandai perjuangan menuju kemerdekaan.
Harkitnas ditetapkan pemerintah Indonesia melalui Keputusan Presiden Nomor 1 Tahun 1985. Sejak saat itu, tanggal 20 Mei diperingati sebagai Harkitnas.
Tahun ini, Hari Kebangkitan Nasional 2025 mengingatkan kembali betapa pentingnya peran kaum terpelajar dan para pemuda di masa lalu dalam membangun kesadaran kebangsaan.
Lantas, apa latar belakang terjadinya kebangkitan nasional?
Baca juga: 6 Tokoh Kebangkitan Nasional yang Muncul dari Program Politik Etis
Latar belakang kebangkitan nasional di Indonesia tidak lepas dari pengaruh kebijakan Politik Etis yang diterapkan oleh pemerintah kolonial Belanda.
Tujuan Politik Etis antara lain untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pribumi dan memberikan akses pendidikan, terutama kepada kaum bangsawan dan keluarga berada.
Pendidikan Barat yang diberikan pada awalnya bertujuan mencetak tenaga kerja terampil bagi kepentingan kolonial. Namun, kebijakan ini justru menghasilkan kaum terpelajar yang menjadi pelopor kesadaran nasional.
Baca juga: Dua Peristiwa yang Menandai Kebangkitan Nasional
Salah satu tonggak awal sejarah kebangkitan nasional adalah berdirinya Budi Utomo pada 20 Mei 1908. Organisasi ini didirikan oleh para pelajar STOVIA (School Tot Opleiding Van Inlandsche Artsen) yang terinspirasi oleh gagasan dr. Wahidin Soedirohusodo.
Wahidin Sudirohusodo memiliki gagasan betapa pentingnya pendidikan untuk menggugah kesadaran kebangsaan. Hal ini sebagai cara meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Awal berdirinya Budi Utomo menjadi simbol perjuangan yang tidak lagi bersifat kedaerahan, tetapi mulai mengusung cita-cita nasionalisme.
Baca juga: Mengapa 20 Mei Diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional?
Selain berdirinya Budi Utomo, Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928 juga menjadi tonggak penting dalam sejarah Kebangkitan Nasional.
Peristiwa ini lahir dari gagasan untuk menyatukan pemuda-pemuda Indonesia yang sebelumnya tergabung dalam berbagai organisasi kedaerahan, seperti Jong Java, Jong Batak, Jong Minahasa, dan Pemuda Kaum Betawi.
Kesadaran akan pentingnya persatuan bangsa semakin kuat ketika Kongres Pemuda I diadakan pada 1926. Dalam kongres ini, Mohammad Yamin mengusulkan penggunaan bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan.
Baca juga: Dampak Utama Sumpah Pemuda terhadap Persatuan Nasional
Akan tetapi, hasil kongres ini masih belum memecahkan ego kedaerahan di antara para peserta. Maka, Kongres Pemuda II digelar pada 27-28 Oktober 1928 untuk memperkuat tekad perjuangan bersama.
Di tengah kongres, Mohammad Yamin menyusun gagasan yang dikenal sebagai Sumpah Pemuda. Ikrar ini menyatakan persatuan tanah air, bangsa, dan bahasa Indonesia.
Sumpah Pemuda yang diucapkan pada akhir kongres menjadi simbol persatuan dan tonggak baru perjuangan Indonesia di era Kebangkitan Nasional.
Refrensi: