KOMPAS.com - Berbicara tentang seks saat menstruasi kerap menimbulkan pro dan kontra.
Beberapa orang melakukan hubungan seks saat mesntruasi dengan anggapan dapat mencegah kehamilan.
Tapi, pada praktik beberapa agama, hubungan seks saat menstruasi merupakan hal yang dilarang.
Lalu, sebenarnya, apakah berhubungan seks dengan pasangan saat sedang menstruasi aman?
Baca juga: Ramai soal Berhubungan Seks Saat Menstruasi Pakai Flex Menstrual Disc, Dokter: Ada Risikonya
Faktanya, dalam beberapa literatur medis, seks saat menstruasi memiliki risiko infeksi menular seksual yang lebih tinggi.
Bukan hanya itu, kehamilan juga tidak bisa sepenuhnya dicegah dengan praktik tersebut. Bahkan, bisa jadi, Anda maupun pasangan justru mengalami ketidaknyamanan fisik.
Untuk mendapat gambaran yang lebih jelas, berikut beberapa risiko yang mengintai perilaku seks berisiko ini.
Banyak orang yang berasumsi bahwa menstruasi bisa menghalangi penularan IMS, namun justru sebaliknya.
Dikutip dari Medical News Today, darah menstruasi bisa menjadi media penularan bagi infeksi seperti HIV dan hepatitis.
Saat menstruasi, kondisi di dalam vagina cenderung lebih lembab dan asam, yang dapat meningkatkan risiko infeksi.
Selain HIV, infeksi lain yang rentan menular saat menstruasi adalah gonore, klamidia, dan trikomoniasis.
Meskipun kecil, risiko kehamilan selama menstruasi tetap ada.
Baca juga: Bahaya Oral Seks, Penyakit Apa Saja yang Bisa Tertular?
Menurut The American College of Obstetricians and Gynecologists, masa subur perempuan biasanya berlangsung sekitar hari ke-8 hingga hari ke-19 dalam siklus menstruasi 28 hari.
Namun variasi dalam siklus dapat memengaruhi waktu ovulasi seorang perempuan.
Oleh karena itu, perempuan dengan siklus pendek atau yang mengalami ovulasi lebih awal mungkin berisiko hamil jika sperma bertahan hidup dalam tubuh hingga ovulasi terjadi.