KOMPAS.com - Beberapa hari terakhir, terjadi peningkatan aktivitas Matahari yang tajam.
Aktivitas tinggi itu ditunjukkan dengan Matahari memuntahkan beberapa semburan surya (solar flare) yang sangat kuat.
Selain itu, semburan material panas juga dilepaskan oleh Matahari ke luar angkasa.
Baca juga: Fenomena Halo Matahari Disebut Sebabkan Suhu Cuaca Menjadi Lebih Panas, Benarkah?
Dilansir dari , Jumat (16/5/2025), pusat tata surya itu memuntahkan beberapa semburan berkekuatan tinggi dalam rentang waktu singkat.
Sebuah bintik matahari bernama AR4086 meledak dan memicu semburan yang berada di kelas X1.2 pada Selasa (13/5/2025).
Kemudian pada Rabu (14/5/2025) dini hari, bintik AR4087 melepaskan semburan kelas M5.3 yang disusul semburan kelas X2.7 yang lebih kuat. Beberapa jam kemudian muncul lagi semburan dengan kekuatan kelas M7.7.
Sebagai akibatnya badai matahari itu, beberapa wilayah di Bumi yang menghadap Matahari mengalami pemadaman sinyal radio.
Daerah-daerah tersebut antara lain, Amerika Utara dan Selatan, Eropa, Afrika, Timur Tengah, dan Asia Tenggara.
Semburan surya merupakan letusan energi elektromagnetik yang sangat kuat. Fenomena itu berasal dari wilayah permukaan mahari yang punya aktivitas magnetik tinggi.
Umumnya, area di sekitar bintik matahari mempunyai aktivitas magnetik tinggi.
Untuk diketahui, matahari sendiri mempunyai medan magnet kuat. Terkadang garis-garis medan magnetnya saling terpelintir dan kusut.
Jika tekanan pada garis medan magnet menjadi terlalu besar, garis yang kusut bisa putus hingga kembali sejajar.
Momen putusnya garis medan magnet itu melepaskan sejumlah besar energi magnetik yang tersimpan sebagai semburan matahari.
Baca juga: Mulai Sore Ini Ada Fenomena Solstis Matahari, Apa Dampaknya?
Untuk mengenali kekuatannya, NOAA dari Pusat Prakiraan Cuaca Antariksa (Space Weather Prediction Center) telah membagi semburan surya ke dalam beberapa kategori.
Mulai dari yang paling lemah hingga kuat, semburan surya ada di kategori A, B, C, M, dan X.