ÓÅÓιú¼Ê

Baca berita tanpa iklan.

Ratusan Orang di Uganda Bergoyang Tak Terkendali akibat Penyakit Dinga Dinga, Apa Itu?

ÓÅÓιú¼Ê.com - 21/12/2024, 13:30 WIB
Aditya Priyatna Darmawan,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Ratusan orang di Distrik Bundibugyo, Uganda bergoyang tak terkendali akibat penyakit Dinga Dinga.

Dikutip dari CNBCTV18, Jumat (20/12/2024), penyakit Dinga Dinga ini muncul pertama kali pada awal 2023 dan kini masih diawasi secara ketat oleh otoritas kesehatan setempat.

Sejak awal kemunculannya, dilaporkan sudah ada 300 kasus orang terkena penyakit ini, dengan sebagian besarnya adalah perempuan dewasa dan anak-anak.

Lantas, apa itu penyakit Dinga Dinga? Dan apa penyebabnya?

Baca juga: Dapat Ditularkan Melalui Gigitan Nyamuk, Apa Itu Virus Japanese Encephalitis?

Apa itu penyakit Dinga Dinga?

Secara lokal, istilah Dinga Dinga sendiri mempunyai arti “gemetar seperti menari”.

Sesuai namanya, penyakit Dinga Dinga ditandai dengan tubuh gemetar hebat, bergoyang, dan berguncang tak terkendali.

Hal tersebut membuat penderita Dinga Dinga tidak bisa beraktivitas dengan normal. Bahkan untuk berjalan pun, mereka memerlukan bantuan orang lain.

Selain itu, mereka yang terkena penyakit ini bakal mengalami demam tinggi, tubuh lemah secara ekstrem, hingga kelumpuhan.

Beberapa gejala fisik lain dari penyakit Dinga Dinga adalah sakit kepala, batuk, hingga hidung yang berair.

Baca juga: Jadi Penyebab Wabah di Rwanda, Apa Itu Virus Marburg yang Mematikan?

Penyebab pasti dari penyakit ini masih misterius alias belum diketahui, sehingga masih diteliti lebih lanjut oleh Kementerian Kesehatan Uganda.

Meski demikian, tidak ada kasus kematian akibat penyakit itu sejauh ini. Hingga kini, juga belum ada kasus yang dilaporkan terjadi di luar Distrik Bundibugyo.

Dilansir dari Business Today, Jumat (20/12/2024), pihak berwenang secara aktif menyelidiki apakah patogen pernapasan seperti influenza, Covid-19, malaria, atau campak mungkin bertanggung jawab atas penyakit ini.

Namun, kondisi ini masih belum teridentifikasi karena masih menunggu hasil laboratorium.

Seorang pasien berusia 18 tahun mengatakan, dia merasa lemah dan lumpuh dengan tubuhnya bergetar tak terkendali setiap kali dia mencoba berjalan.

“Itu sangat mengganggu. Saya dibawa ke Rumah Sakit Bundibugyo untuk mendapatkan perawatan, dan puji Tuhan, saya sekarang baik-baik saja,” ucapnya.

Baca juga: Virus Covid-19 Varian Baru Xec Menyebar di AS dan Eropa, Apa Saja Gejalanya?

Halaman:


Baca berita tanpa iklan.
Baca berita tanpa iklan.
Komentar
Baca berita tanpa iklan.
Close Ads
Penghargaan dan sertifikat:
Dapatkan informasi dan insight pilihan redaksi ÓÅÓιú¼Ê.com
Network

Copyright 2008 - 2025 ÓÅÓιú¼Ê. All Rights Reserved.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses ÓÅÓιú¼Ê.com
atau