KOMPAS.com - Siapa yang tak ingin awet muda? Selain dari segi penampilan, keremajaan fisik membawa banyak keuntungan bagi seseorang.
Dengan fisik yang terawat dengan baik, seseorang bisa melakukan aktivitas tanpa banyak gangguan meski usia terus bertambah.
Guna menjaga dan merawat keremajaan tubuh, penting untuk memperhatikan konsumsi makanan sehari-hari.
Di antara banyaknya vitamin dan mineral, ada antioksidan bernama flavonoid yang memberikan manfaat.
Untuk diketahui, flavonoid merupakan senyawa antioksidan yang sering ditemukan dalam banyak makanan nabati.
Zat flavonoid ini ternyata cukup lazim ditemukan dalam bahan-bahan yang mudah ditemui seperti teh hitam, buah jeruk dan sitrus, beri-berian, hingga apel.
Baca juga: Benarkah Minum Jeruk Lebih Dianjurkan daripada Teh Usai Makan Olahan Daging?
Konsumsi makanan yang mengandung flavonoid dapat membantu seseorang menurunkan risiko negatif dalam penuaan.
Maka kondisi seperti kerapuhan, gangguan fungsi fisik, dan penurunan kesehatan mental seiring bertambahnya usia dapat dihindari.
Studi yang diterbitkan The American Journal of Clinical Nutrition pada 2025 menemukan kaitan antara konsumsi makanan tinggi flavonoid dengan penurunan risiko penyakit kronis.
Adapun penyakit kronis yang dapat dicegah oleh flavonoid yaitu penyakit jantung, diabetes tipe 2, dan demensia.
"Penelitian terbaru kami menambah bukti bahwa asupan flavonoid yang tinggi juga terkait dengan risiko lebih rendah terhadap kerapuhan fisik, kesehatan mental yang buruk, dan penurunan fungsi fisik seiring bertambahnya usia," kata penulis studi tersebut, Nicola Bondonno, PhD, peneliti pascadoktoral di School of Medical and Health Sciences di Edith Cowan University, Australia, dikutip dari , Selasa (13/5/2025).
Jika diaplikasikan dalam kehidupan nyata, penuaan yang positif artinya tetap bisa bergerak dengan lincah dan memiliki ketajaman mental lebih lama.
"Dalam kehidupan nyata, ini berarti tetap bisa bergerak, mandiri, dan tajam secara mental lebih lama, menjadikan proses penuaan lebih positif dan tidak terlalu membebani baik bagi individu maupun keluarga mereka," lanjut Bondonno.
Sebagai antioksidan, flavonoid berfungsi melawan peradangan yang dapat membantu mencegah penyakit.
Namun seorang ahli bernama Kathryn Piper, RDN, LD, NBC-HWC dari The Age-Defying Dietitian berpendapat, flavonoid mungkin memiliki keunggulan unik dibanding antioksidan lain.
"Penelitian menunjukkan bahwa flavonoid mendukung proses yang disebut autofagi,” kata Piper.
"Bayangkan, autofagi sebagai cara tubuh membersihkan diri, menyingkirkan sel-sel lama dan berbahaya untuk memberi ruang bagi sel-sel baru dan sehat," sambungnya.
Baca juga: Benarkah Air Rebusan Daun Jeruk Purut Bisa Obati Sakit Gigi? Ini Kata Pakar
Karena cara kerjanya, makanan kaya flavonoid berkontribusi pada tubuh dan pikiran yang lebih sehat ketika seseorang mengalami penuaan.
Lebih lanjut, Bondonno cs menambahkan cara kerja flavonoid yang membantu mengurangi stres oksidatif, kondisi radikal bebas lebih banyak berpengaruh pada tubuh daripada yang dikeluarkan.
Selain itu, zat ini juga mendukung kesehatan pembuluh darah, dan bahkan mungkin berperan dalam mempertahankan massa otot.
"Efek gabungan ini dapat memengaruhi banyak sistem dalam tubuh secara bersamaan," ungkap Bondonni.
"Seiring berjalannya penelitian, kita belajar bahwa flavonoid mungkin memiliki lebih banyak manfaat daripada yang kita ketahui saat ini," ujarnya.
Meskipun flavonoid membawa pengaruh positif pada penuaan, seorang ahli bedah bersertifikat Darshan Shah, MD. berpendapat penelitian lebih lanjut diperlukan.
Namun, para ahli lain menambahkan dengan lebih banyak konsumsi bahan ini dalam makanan merupakan langkah cerdas untuk tetap sehat ketika mulai menua.
"Setiap orang sebaiknya mempertimbangkan untuk memasukkan lebih banyak makanan kaya flavonoid ke dalam diet mereka agar bisa tetap sehat di usia lanjut," ujar Maggie Moon, MS, RD, penulis The MIND Diet: Edisi Kedua.
Kemudian, Piper dan Moon memberikan tips menambah flavonoid dalam kehidupan sehari-hari dengan langkah sebagai berikut:
Selain itu, Piper menyarankan untuk memulai konsumsi makanan kaya flavonoid sejak lebih dini agar tubuh bisa merasakan efek perlindungan yang terakumulasi seiring berjalannya waktu.
Baca juga: Siapa Saja yang Perlu Hindari Konsumsi Jeruk? Ini 9 Daftarnya
Dalam penelitiannya tentang pengaruh konsumsi flavonoid dengan penuaan, Bondonno dkk menggunakan data Nurses’ Health Study (NHS) dan Health Professionals Follow-Up Study (HPFS) sejak tahun 1970an dan 1980-an sebagai acuan.
Selain itu, mereka mengumpulkan data berupa kuisioner pola makan setiap empat tahun dan membuat laporan penyakit baru para sampel.
Berdasarkan studi ini, para peneliti melihat data orang berusia 60 tahun ke atas dari NHS mulai dari 1990 hingga 2014 dan HPFS dari 2006 hingga 2018.
Dari semua sumber, Bondonno mengumpulkan total data lebih dari 62.000 wanita dan 23.000 pria.
Untuk memahami dampak flavonoid terhadap penuaan pada populasi tersebut, para peneliti mencatat seberapa sering mereka mengonsumsi makanan dengan bahan tersebut.
Sehingga, mereka menyoroti konsumsi teh, apel, jeruk, jeruk Bali, blueberry, stroberi, dan anggur merah pada populasi ini.
Kemudian, Bondonno dkk membuat "skor flavodiet" berdasarkan beberapa banyak porsi makanan ini setiap harinya.
"Ini membantu menerjemahkan penelitian ke dalam saran dunia nyata dan menunjukkan bagaimana keseluruhan pola makan, bukan hanya nutrisi secara terpisah, mendukung penuaan yang sehat," terangnya.
Baca juga: Peneliti Temukan Hormon-Hormon Penunda Penuaan Kulit, Apa Saja?
Usai menentukan skor flavodiet, para peneliti membandingkan dengan informasi kesehatan yang dilaporkan sendiri seperti peningkatan kerapuhan, gangguan fisik, dan kesehatan mentak buruk.
Dari perbandingan skor dengan kondisi kesehatan yang dilaporkan, semakin tinggi skor flavodiet seorang maka risiko hasil negatif terkait pun berkurang.
Meskipun para peneliti menemukan kaitan penuaan pada pria dengan konsumsi flavonoid lebih sedikit, mereka dengan skor flavodiet tertinggi juga semakin sedikit mengalami risiko kesehatan mental yang buruk.
Menurut Bondonno, perbedaan antara pria dan wanita kemungkinan besar disebabkan durasi pengamatan pada masing-masing kelompok. Mereka menyebutkan bahwa hal ini bukan ditentukan oleh keseimbangan biologis.
Dashan Shah menjelaskan, studi ini berdasarkan kuisoner makanan setiap empat tahun dan tidak menunjukkan hubungan sebab-akibat.
Shah pun berpendapat bahwa variabel lain seperti tingkat aktivitas fisik lebih tinggi bisa menyebabkan hasil kesehatan yang lebih baik di antara konsumen flavonoid.
Selain itu, laporan berdasarkan ingatan tidak selalu akurat.
"Kuesioner frekuensi makanan meminta orang untuk mengingat seberapa banyak mereka makan berdasarkan ingatan, dan seperti yang kita tahu, ingatan kita tidak selalu akurat," jelas Shah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita 优游国际.com WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.