GAZA, KOMPAS.com - Israel memulai operasi militer darat di Gaza pada Minggu (18/5/2025) dengan nama Operasi Kereta Perang Gideon atau Gideon’s Chariots.
Dalam operasi tersebut, Israel mengerahkan pasukan besar-besaran yang mencakup pasukan reguler dan pasukan cadangan dari Komando Selatan.
Melalui operasi militer tersebut, Israel melancarkan serangan darat di Gaza utara dan selatan yang didukung oleh kekuatan udara.
Baca juga: Pasukan Israel Kepung Rumah Sakit Indonesia di Gaza, Situasi Mencekam
Al Jazeera melaporkan, pada hari pertama Operasi Kereta Perang Gideon, langsung banyak korban tewas yang berjatuhan.
Setidaknya 144 orang tewas pada Minggu pagi, termasuk 42 orang di wilayah utara Gaza yang dibom berat, kata sumber medis kepada Al Jazeera.
Lima wartawan juga termasuk di antara korban ketika rumah mereka dibom.
Di antara sasaran dari operasi tersebut terdapat tiga rumah sakit besar. Serangan yang menyasar rumah sakit bakal membuat sistem perawatan kesehatan semakin lumpuh.
Baca juga: Israel Buka Peluang Kesepakatan Akhiri Perang Gaza, Hamas Ikut Negosiasi di Doha
Dilansir dari The Times of Israel, Operasi Kereta Perang Gideon dirancang untuk menekan Hamas agar membebaskan para sandera yang tersisa dan menghilangkan kendali kelompok militan tersebut atas Gaza.
Setidakny ada empat tujuan utama dari operasi perluasan serangan militer di Gaza tersebut.
Pertama, serangan darat yang signifikan oleh Pasukan Pertahanan Israel (IDF) ke Gaza. Kedua, perebutan dan kendali wilayah di dalam jalur tersebut
Ketiga, pemindahan warga sipil dari Gaza utara dan tengah ke selatan. Kelima, upaya untuk mencegah Hamas mencegat bantuan kemanusiaan
Ribuan tentara Israel, termasuk pasukan cadangan, dilaporkan ambil bagian dalam Operasi Kereta Perang Gideon.
Baca juga:
Pada Minggu, pasukan Israel juga mengepung Rumah Sakit Indonesia di Gaza, yang membuat situasinya mencekam serta memicu kepanikan di antara pasien, dokter, dan warga sipil yang terluka di dalamnya.
Kementerian Kesehatan Palestina melaporkan, Israel telah meningkatkan penargetan dan pengepungannya terhadap Rumah Sakit Indonesia di Jalur Gaza.
Akibat pengepungan, rumah sakit tersebut menjadi tidak dapat diakses. Orang-orang yang terluka tak bisa mendapat akses perawatan.