Pemblokiran itu dipastikan usai Mahkamah Agung (MA) AS menolak banding terhadap putusan undang-undang yang mewajibkan pemilik TikTok, ByteDance menjual platform tersebut.
Per Minggu pagi, sebanyak 170 juta pengguna TikTok di AS tidak bisa menggunakan media sosial tersebut. TikTok juga tidak lagi tersedia di Apple Store dan Google Play.
Tak hanya TikTok, AS juga menghentikan layanan aplikasi lainnya yang berada di bawah Bytedance, seperti CapCut, Lemon8, dan Gauth.
Lantas, apa sebenarnya alasan pemerintah AS blokir TikTok?
Alasan AS larang TikTok
Diberitakan CBS News, Minggu (19/1/2025), para pejabat AS kerap menyerukan peringatan yang meyakini bahwa TikTok mengancam keamanan negara.
Mereka beralasan, pemerintah China dapat menggunakannya sebagai sarana memata-matai warga AS atau diam-diam memengaruhi publik melalui konten tertentu.
Direktur FBI Christopher Wray mengatakan, pemerintah China dapat membahayakan perangkat milik warga AS melalui perangkat lunak TikTok.
Kekhawatiran itu muncul karena China sebagai negara asal TikTok menerapkan undang-undang keamanan nasional yang mengharuskan setiap organisasi bekerja sama dalam pengumpulan informasi intelijen.
Selain itu, dikutip dari Reuters, Jumat (17/1/2025), beberapa negara bagian AS khawatir bahwa TikTok membahayakan kesehatan fisik atau mental anak-anak yang menggunakannya.
Perusahaan TikTok, ByteDance juga dilanda kontroversi karena beberapa karyawannya terbukti mengakses data dua jurnalis pengguna TikTok secara tidak sah pada Desember 2022.
ByteDance mengakses data itu untuk menyelidiki kebocoran informasi perusahaan. Hal ini dilakukan guna mengidentifikasi hubungan dua jurnalis media AS dengan karyawannya.
Keinginan para pejabat AS untuk memblokir TikTok diwujudkan dengan pembahasan undang-undang divestasi atau pelarangan yang dimulai sejak April 2024.
"Jika Anda memiliki TikTok di ponsel, aplikasi ini dapat melacak keberadaan Anda, dapat membaca pesan teks Anda, dapat melacak ketukan tombol Anda. Aplikasi ini memiliki akses ke rekaman ponsel Anda," jelas Senator Republik Josh Hawley saat itu.
Presiden AS Joe Biden lalu menandatangani undang-undang yang mewajibkan ByteDance menjual TikTok kepada pemilik non-China. Jika tidak, TikTok akan dilarang beroperasi di AS.
Dilansir dari NBC News, Minggu, ByteDance mengajukan banding atas undang-undang itu. Namun, pengadilan menolak dengan alasan TikTok rentan menjadi alat pemerintah China.
Meski begitu, pemerintahan Biden meyerahkan penegakan hukum terhadap TikTok ke pemerintahan Donald Trump.
TikTok membantah tuduhan itu. Kedutaan Besar China di Washington justru menuduh AS memakai kekuasaan untuk menekan TikTok dan akan melindungi kepentingannya.
Apa yang terjadi usai TikTok diblokir?
Pemblokiran TikTok di AS membuat banyak pengguna beralih ke aplikasi alternatif lain, seperti RedNote, Snapgram, X, maupun media sosial dari Meta.
Diberitakan Reuters, Minggu, pengguna jaringan privat NordVPN dan VPN lain mengalami lonjakan sampai terkena masalah teknis usai TikTok diblokir. VPN memungkinkan warga AS tetap bisa memakai TikTok dengan server luar negeri.
Perusahaan pemasaran yang bergantung pada TikTok pun bergegas menyiapkan rencana darurat setelah media sosial tersebut berhenti beroperasi di AS.
Sebaliknya, pengguna Instagram yang membeli barang lewat TikTok Shop khawatir bahwa mereka masih menerima barang yang dibeli lewat platform e-commerce tersebut.
Meski begitu, Donald Trump mungkin akan mempertimbangkan ulang pemblokiran TikTok dengan memperpanjang masa berlakunya menjadi 90 hari setelah diputuskan terblokir pada 19 Januari.
Namun, Trump baru akan memutuskan hal tersebut pada Senin (20/1/2025) setelah resmi dilantik menjadi presiden.
Sejumlah pengusaha AS telah berminat membeli TikTok dari ByteDance, seperti mantan pemilik Los Angeles Dodgers Frank McCourt, Elon Musk, dan pemilik mesin pencari AS Perplexity AI.
Sementara itu, CEO TikTok Shou Zi Chew dikabarkan berencana menghadiri pelantikan presiden AS dan menghadiri rapat umum bersama Trump.
ByteDance pun diyakini akan membuat beberapa perubahan struktural untuk memenuhi syarat, sehingga masih bisa beroperasi di AS.
/tren/read/2025/01/19/170000365/alasan-as-blokir-aplikasi-tiktok-apa-yang-bakal-terjadi-selanjutnya