ÓÅÓιú¼Ê

Baca berita tanpa iklan.

Ramai Narasi Anak Patuh karena Takut Dibawa ke Barak Militer, Dokter: Bikin Perkembangan Moral Anak Rapuh

ÓÅÓιú¼Ê.com - 09/05/2025, 12:30 WIB
Rheandita Vella Aresta,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Beredar video anak-anak yang menjadi patuh dengan orang tuanya karena takut dibawa ke barak militer oleh Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi.

Ketakutan tersebut muncul setelah anak-anak ditunjukkan video peringatan yang diunggah Dedi Mulyadi melalui laman Instagram pribadinya @dedimulyadi71.

"Hayooo, anak-anak yang enggak mau mandi, gak mau makan, gak mau tidur (suka begadang), susah bangun pagi, enggak mau ke sekolah, jajan terus, awas ya kalau sampai melawan orang tuanya, enggak patuh, awas Pak Gubernur nanti datang ke rumahnya, ngejemput," kata Dedi dalam video tersebut, dikutip dari , Rabu (7/5/2025).

Karena unggahan tersebut, beredar tren video anak-anak yang menjadi mau tidur, belajar, hingga makan sambil menangis ataupun meminta maaf kepada Dedi sebab takut akan dibawa ke barak militer.

Dedi pun mengunggah ulang video-video tersebut dengan memberikan keterangan, “Tips #Parenting paling up to date. Awalnya takut, akhirnya manggut-manggut".

Fenomena ini diawali oleh kebijakan Dedi Mulyadi mengirim remaja bermasalah ke barak militer sejak Jumat (2/5/2025).

Kebijakan tersebut menuai pro dan kontra dari berbagai pihak yang berkaitan dengan anak-anak, seperti pengamat pendidikan, orang tua, hingga masyarakat yang merasa terdampak dengan kenakalan anak.

Lantas, terkait dengan beredarnya tren anak patuh karena takut dibawa ke barak, bagaimana tanggapan pengamat?

Baca juga: Kirim Siswa Nakal ke Barak Militer Jadi Program Nasional? Pengamat Pendidikan Beri Catatan Ini


Dokter ingatkan orang tua untuk membuat anak merasa aman

Dokter spesialis anak RS UNS, Aisya Fikritama, membenarkan bahwa pola asuh orang tua yang terkesan otoriter dapat menimbulkan rasa takut pada anak.

"Sebagai dokter anak yang berfokus pada tumbuh kembang anak, saya memandang kalau pola pengasuhan orang tua yang memaksa atau mengancam, kalau tidak begini maka akan dibeginikan, itu akan menimbulkan rasa takut sebagai cara untuk mengontrol perilaku anak," terang Aisya saat dihubungi ÓÅÓιú¼Ê.com, Kamis (8/5/2025).

Dia mengatakan bahwa pola asuh tesebut dapat berdampak positif, seperti membuat anak diam dan patuh, tetapi hanya dalam waktu yang sebentar.

Sebab, bentuk kepatuhan tersebut bukan berasal dari pemahaman atau kesadaran anak yang utuh.

Aisya berpendapat, pola asuh yang menggunakan ancaman justru bisa membuat perkembangan emosional dan psikologi anak menjadi terganggu.

"Karena berasal dari tekanan emosional, anak mungkin bisa tenang, tetapi di dalam dirinya berkembang rasa cemas, bingung, bahkan trauma ringan kalau pola ini berulang-ulang," jelas dia.

Dengan begitu, pendekatan ini berisiko menurunkan kepercayaan diri anak, membuat anak takut berekspresi, serta tidak memiliki kemampuan untuk mengelola emosi.

Baca juga: 1 Siswa Kabur Saat Dikirim ke Barak TNI, Pengamat: Berisiko untuk Psikologis Anak

Halaman:


Baca berita tanpa iklan.
Baca berita tanpa iklan.
Komentar
Baca berita tanpa iklan.
Close Ads
Penghargaan dan sertifikat:
Dapatkan informasi dan insight pilihan redaksi ÓÅÓιú¼Ê.com
Network

Copyright 2008 - 2025 ÓÅÓιú¼Ê. All Rights Reserved.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses ÓÅÓιú¼Ê.com
atau