KOMPAS.com - Media sosial X diramaikan dengan berbagai cuitan soal hujan masih terjadi di malam hari padahal sebagian wilayah Indonesia sudah masuk awal musim kemarau pada Mei 2025.
Menurut akun X @ria***, Jumat (16/5/2025), hujan yang turun pada malam dapat berlanjut hingga dini hari.
Akun @ali, Jumat (16/5/2025), juga membagikan pengalaman saat terjebak di tengah perjalanan ketika menaiki ojek online karena hujan deras tiba-tiba mengguyur Bandung, Jawa Barat pukul 00.00 WIB.
“Ujan dari jam 7 malem sampe sekarang gimna gue kerja,” cuit akun @ak, Jumat (16/5/2025).
“semarang tuh kalo siang panas banget, malem tiba tiba ujan tidak merata,” twit akun lainnya, Jumat (16/5/2025).
Lalu, apa kata Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) soal fenomena tersebut?
Baca juga: Kenapa Bibit Siklon Tropis Terus Bermunculan Saat Musim Kemarau? Ini Penjelasan BMKG
Merujuk pemberitaan 优游国际.com, Jumat (14/3/2025), beberapa wilayah Indonesia sudah memasuki awal musim kemarau pada April.
Wilayah tersebut meliputi Lampung bagian timur, pesisir utara Jawa bagian barat, pesisir Jawa Timur, sebagian Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur.
Sedangkan, wilayah yang mengalami awal musim kemarau mulai Mei 2025 mencakup sebagian kecil Sumatera, sebagian besar Jawa Tengah hingga Jawa Timur, sebagian Kalimantan Selatan, Bali, dan Papua bagian selatan.
Baca juga: Kemarau Bikin Cuaca Panas-Minim Angin seperti Dipanggang, Ini Penjelasan BMKG
Terkait hujan yang masih terjadi di malam hari saat awal kemarau, Direktur Meteorologi Publik BMKG Andri Ramdhani mengatakan, masyarakat merasakan cuaca panas terik pada siang hari, namun hujan ketika sore atau malam dalam beberapa pekan terakhir.
Ia menjelaskan, fenomena tersebut merupakan ciri khas masa peralihan dari musim hujan ke kemarau.
Kondisi atmosfer yang labil ketika masa transisi berpotensi memicu terbentuknya awan konvektif seperti cumulonimbus (CB).
Awan tersebut dapat menyebabkan cuaca ekstrem, seperti hujan lebat, petir, angin kencang, bahkan hujan es.
Andri menambahkan, keadaan dinamika atmosfer fluktuatif dan dapat berubah secara tiba-tiba selama masa transisi dari musim hujan ke kemarau.
Baca juga: Ramai soal Pulau Jawa Terasa Panas dan Pengap Tanpa Awan, Berikut Penjelasan BMKG
Karena alasan itulah, masyarakat diimbau untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi cuaca ekstrem.